PENDAHULUAN
Kristianitas merupakan agama
wahyu. Artinya Kristinitas diwahyukan kepada dunia oleh Kristus , terutama
sebagai ajaran penebusan, penyelamatan dan cintakasih , bukannya sebagai suatu
ajarann atau sistem teoretis abstrak. Kristus mengutus para rasulnya untuk
berkotbah, bukannya untuk menduduki singgasana akademis. Kristianitas merupakan
‘jalan’ menuju Bapa untuk diwujudkan di dalam praktek, bukannya system filsafat
yang ilmiah teoritis. Para rasul bukannya bermaksud untuk menyusun sebuah
ajaran filsafat dunia.
Sejauh sasaran pewartaan
keselamatan itu diarahkan kepada bangsa Yahudi, tantangan yang dihadapi adalah
serangan-serangan teologis yang didasari iman Yahudi. Namun setelah semakin
berkembang diantara bangsa lain, Kristianitas pun dicurigai karena dianggap
tidak sesuai dengan paham kebenaran yang dianut oleh masyarakat setempat. Maka
serangan bukan hanya datang dari bangsa lain atau agama Yahudi, tetapi juga
dari kaum intelektual dan penulis bangsa lain. Dalam hal ini serangan bersifat
teoritis dan filosofis. Untuk menghadapi semua serangan itu, baik yang teologis
maupun filosofis, para pewarta iman mau tidak mau juga ikut terlibat dan
terpaksa menggunakan serta memperkembangkan argumen-argumen filosofis dan
teologis demi pembela kebenaran iman.
Filsafat pada zaman Patristik dan
Abad Pertengahan merupakan perkembangan filsafat yang ditatapkan pada kenyataan
baru, yakni timbulnya agama Kristen. Karena filsafat merupakan ulmu yang
mencari dan menyelidiki hikmah kehidupan dan mencari kebenaran, sedangkan agama
Kristen juga mengajarkan keselamatan bagi umat manusia, maka kedua bidang itu
saling bergesek, berbentrokan satu sama lain, saling mengoreksi dan melengkapi.
Sifat apologetis (membela diri)
di dalam perkembangan filsafat Kristen jelas muncul karena pengaruh luar,
terutama dengan adanya perselisihan dan dan perdebatan mengenai kebenaran. Tetapi lambat laun, yang semula hanya ditanggapi
sebagai tantangan dari luar, lama kelamaan dihayati sebagai suatu kebutuhan
mendesak untuk memperkembangkan suatu system dari dalam. Semakin lama banyak
kaum intelek Kristen yang merasakan desakan untuk menerobos masuk ke dalam data
perwahyuan untuk menyusun suatu pandangan yang komprehensif mengenai dunia dan
kehidupan manusia di bawah sinar iman.
Perkembangan di Jaman Patristik
dan Abad Pertengahan adalah perkembangan pergesekan antara Kristianitas dengan
filsafat, dimana pada tahap awal filsafat dicurigai sebagai musuh yang
berbahaya (sebagaimana jelas di dalam sikap sementara apologet, sampai kepada
tahap sintetis dari ajaran teologi dan filsafat yang memuncak pada zaman
keemasan Abad Pertengahan (abad XIII). Namun demikian, tidaklah mungkin bagi
kita untuk mengikuti dan menyelidiki seluruh tahap perkembangan itu. Untuk itu,
kita akan mengambil beberapa tokohyang sangat berpengaruh pada masanya. Kita
akan menggunakan skema bahan sebagai berikut :
I.
Jaman
Patristik : Abad I-VII
1.
Origenes
185/6 – 254/5
2.
St.
Gregorius dari Nyssa ± 335 - ±395
3.
St.
Agustinus 354 – 430
4.
Ps.
Dyonisius ± abad V
5.
Boethius
480 – 524/ 5
II.
Masa
Awal Abad Pertengahan : Abad VIII – XII
1.
Yohanes
Scotus Eriugrnr 810 – 877 (?)
2.
St.
Anselmus dari Canterbury 1033 – 1109
3.
Filsafat
Islam :
a.
Alfarabi
(meninggal ± 950)
b.
Ibn
Sina (Avicenna) 980 – 1037
c.
Ibn
Rushd (Averroes) 1126 – 1198
4.
Filsafat
Yahudi :
a.
Salomon
Tbn Gabirol (Avicebron) 1021 – 1069/70
b.
Moses
Maimonides 1135 – 1204
III.
Jaman
Keemasan Abad Pertengahan : Abad XIII
1.
St.
Bonaventura 1121 – 1274
2.
St.
Thomas Aquinas 1224/5 – 1274
3.
Yohanes
Duns Scotus 1265/6 – 1308
Komentar
: Setelah saya membaca dan mencoba memahami dengan seksama, saya berpendapat
bahwa Ilmu Filsafat dan Agama Kristen
saling bergesekan, karena keduanya saling mengkoreksi dan melengkapi. Keduanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran dan mengajarkan keselamatan
bagi umat manusia.
Sumber : Hadi, P. Hardono. Sejarah Filsafat : Patristik dan Abad Pertengahan. SFPAP, Hal. 1-2
Sumber : Hadi, P. Hardono. Sejarah Filsafat : Patristik dan Abad Pertengahan. SFPAP, Hal. 1-2